Pentingkah Istri Pintar Memasak?

Seorang calon suami memang tidak perlu mencantumkan kriteria calon istri pintar memasak sebagai syarat wajib. Tapi bukan berarti hal tersebut tidak penting. Seorang istri sudah sepantasnya paham tentang ilmu gizi. Bukan sekedar bisa memasak yang enak.

Mengapa begitu? Diantara banyak sebab anak yang sehat, kuat, dan cerdas, salah satu faktornya adalah asupan gizi. Anak harus mendapatkan asupan gizi yang cukup dan tepat. Hal ini sulit terjadi jika seorang istri tidak paham ilmu gizi, juga tidak bisa memasak.

Oleh karena itu, seorang wanita sebelum menikah, memang sudah sepantasnya belajar tentang ilmu gizi dan ilmu memasak ini. Dua ilmu ini sudah seharusnya menjadi salah satu prioritas ilmu yang harus dipelajari. Ini mengingat hal ini bisa berdampak besar bagi masa depan suami dan anak-anaknya. Suami yang sering mengantuk bahkan tidur ketika pengajian, anak-anak yang sulit belajar, bisa jadi karena asupan gizinya tidak tepat. Apabila fenomena tersebut terjadi di banyak keluarga, maka masa depan umat juga bisa terancam.

Seorang istri tidak harus sangat ahli dalam bidang ilmu kimia, biologi, fisika, akuntansi, statistik, dan lain sebagainya. Menguasai level sedikit sudah cukup. Oleh karena itu, jangan sampai demi belajar berbagai ilmu tersebut, ia malah mengabaikan belajar tentang ilmu gizi dan memasak.

Tentu lebih bagus lagi kalau seorang istri selain menguasai ilmi gizi dan memasak, juga ahli dalam bidang kimia, biologi, fisika, akuntansi, statistik, dan lain sebagainya. Istri yang sangat cerdas, tentu sangat bagus.

Bagaimana kalau jajan di warung saja?

Mungkin ini opsi yang terbersit di dalam pikiran ketika istri tidak pandai memasak. Perlu diketahui, jajanan di warung bukan sesuatu yang benar-benar bisa kita ketahui kebersihannya, juga kesehatannya. Terlebih di masa pandemi seperti ini. Makan masakan di rumah tentu jauh lebih aman.

Oleh karena itu bagi para calon suami, apabila mengetahui calon istri tidak paham ilmu gizi dan memasak, alangkah baiknya ditanyakan, apakah calon istri bersedia serius belajar sesegera mungkin? Apabila jawabannya adalah minta maaf, minta permakluman, dan tidak mau belajar kedua ilmu tersebut, mungkin sebaiknya dipertimbangkan ulang untuk menikah dengan wanita tersebut. Tapi apabila jawabannya adalah bersedia, tentu itu adalah kabar gembira. Proses bisa dilanjutkan.

Apakah wanita adalah tukang masak? Enak ya jadi suami?

Memang tidak harus begitu. Suami juga sangat bagus untuk memasak. Lebih menyenangkan lagi (bagi istri) adalah ketika suami yang bekerja cari uang, suami juga yang memasak, suami juga yang mencuci, menyapu, mengepel, dan berbagai pekerjaan rumah lainnya. Istri tinggal makan saja.

Fakta di banyak rumah tangga, ada pembagian tugas antara suami dan istri. Bekerja sudah jelas adalah kewajiban suami dan tidak bisa dialihkan tanggung jawabnya kepada istri. Sementara untuk pekerjaan-pekerjaan di rumah, itu boleh saja dibagi tugas apakah dikerjakan istri ataukah dikerjakan suami, ataukah gantian. Bebas. Ini murni masalah pembagian tugas saja. Kebiasaan di masyarakat Indonesia, memasak adalah pekerjaan yang dikerjakan istri. Oleh karena itu, alangkah baiknya pekerjaan ini dilakukan secara serius dan sungguh-sungguh sehingga bisa menjadi salah satu faktor pendukung kebangkitan umat. (Farid Ma’rufwww.baiti.my.id)

 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *