Oleh : Nurisma Fira
baitijannati — Wahai, Para Isteri, belajarlah internet. Buatlah akun facebook. Add-lah suamimu. Add-lah semua teman suamimu. Buatlah akun di twitter dan follow-lah twitter suamimu. Milikilah password email suamimu. Jangan lupa sering2lah mengecek SMS di mobile phone-nya. Terakhir, pindahkan semua duit di rekeningnya ke rekeningmu.
Ahaayyyy…. Segitunya, kah? Repot banget, yak?
Apa nggak ada yang lebih simple?
Jangan kuatir. Ada solusi jitu. Nggak ribet dan insya Allah manjur. Agar suami tak pindah ke lain hati, praktikkan tips-tips di bawah ini:
1. Mengajak suami mengaji.
Jajakilah pemahaman suami. Apakah suami memahami bahwa Islam agama yang benar? Apakah suami memahami Allah Maha Melihat, Maha Mendengar, Lagi Maha Mengetahui? Apakah suami memahami bahwa Allah menciptakan Malaikat Roqib dan Atid yang tak pernah lelah, tak pernah lengah dan tak pernah tidur mencatat setiap amalan? Bila suami memahami ini semua, nggak perlu repot2 memfollow-nya ke mana-mana. Orang yang takut kepada Allah itu bisa dipercaya. Sebaliknya, kalau kepada Allah saja nggak takut, kepada istri atau bapak mertua ya lewat aja deehhhh….
2. Mempertemankan suami dengan orang-orang sholih.
Tentu saja akan sulit mencari orang2 sholih di mall-mall atau shopping centres. Orang sholih juga agak susah dicari di forum2 ilmiah semacam universitas, seminar kebangsaan, temu ilmiah, dan sejenisnya. Tapi orang2 sholih ini banyak didapatkan di forum2 pengajian. Maka berusahalah mengajak suami ke forum2 pengajian.
Tutuplah kuping Anda dari suara2 minor semacam, “Udah ke Amerika, udah bertahun2 di Inggris, kok pengajian melulu, sih, Mbak? Apa nggak bosen pengajian terus? Sekali2 melanconglah ke Glasgow. Ke Holland. Ke Perancis. Ke Belgia, Ke Jerman. Jangan ke pengajian melulu…”
Sabar. Insya Allah kesempatan melancong akan tiba. Bahkan lebih berokah karena melancongnya bukan sekadar membuang duit, tapi juga dalam rangka tholabul ‘ilmi (menuntut ilmu), berdakwah, bersilaturahmi dan mempererat persaudaraan sesama muslim.
3. Pahami kaidah ma la yatimmu al wajib illa bihi fahuwa wajib (sesuatu yang menjadi kesempurnaan yang wajib, maka sesuatu itu menjadi wajib pula). Menjadi istri yang baik itu wajib. Tapi definisi istri baik, sebagaimana istri cantik, ini relatif. Tidak absolut.
Berusahalah menjadi istri yang terbaik menurut definisi suami. Bila suami visual person dan senang melihat barang bagus, berdandanlah untuknya. Artinya Anda dulu dinikahi karena sholihah dan cantik. Sekarang juga cantik, kalau mau berdandan. Kalau suami gemar makan masakan lezat, belajarlah memasak. Taklukkan dirinya melalui dapur. Jika indera pendengarannya sensitif, luangkan waktu untuk mendengarkan ceritanya. Atau luangkan waktu untuk bercerita padanya. Atau temani dia nonton film atau mendengarkan musik favoritnya. Dan demi Allah, jangan gampang2 ngomel terlebih bila bersuara cempreng.
Bagaimana jika suami orangnya tactile person, sangat aktif dan mobile? Gampang. Proaktiflah dalam kegiatannya. Tidak harus ikut olahraga. Misal bawalah novel sementara dia jogging keliling lapangan. Sesekali terlibatlah dalam beberes rumah. Dan sering2lah memeluk dan menciumnya.
Malu? Lha, itu khan suami Anda sendiri. Apa mau nunggu perempuan lain menawarkan untuk memeluknya?
4. Berdoa.
4a. Banyak-banyak mendoakan suami sebanyak mendoakan anak-anak. Kita para istri tentu bukan orang yang sempurna. Maka banyak-banyaklah mengingat kebaikan suami dan maafkanlah kekurangan2nya. Doakanlah agar suami senantiasa dalam lindungan Allah.
“Tiada satupun yang lebih mulia bagi Allah melainkan doa.” (HR. Tirmidzi). Lebih mantab lagi kalau doa dilafalkan di waktu2 yg baik seperti ketika hujan turun (apalagi skrg musim hujan, khan), setelah sholat, ketika sujud, di sepertiga akhir malam, di antara adzan dan iqamah, dan seterusnya.
4b. Tetap meminta didoakan oleh orang2 yang sholih. Dulu ketika kita menikah, pasti banyak menerima doa, “Barokallahu lakum wa baroka ’alaikum wa jama’a bainakuma fi khoir…”
Maka sekarang setelah bertahun2 menikah, tetaplah minta didoakan.
5. Tetap Mengemban dakwah.
Dakwah adalah bukti tertinggi cinta kita kepada Allah. Dengan menjadikan dakwah sebagai poros aktivitas, maka pasti akan banyak mengingat dan berusaha keras untuk mendekat kepada Allah. Saya tidak ingin memperdebatkan sahih tidaknya hadits ini. Cukuplah kalau bermanfaat diamalkan saja.
Rasulullah Saww bersabda, “Allah SWT berfirman, ‘Aku tergantung kepada sangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Dan Aku bersamanya apabila dia mengingat-Ku. Jika dia mengingat-Ku di dalam hatinya maka Aku mengingat dia di dalam hati-Ku; dan jika dia mengingat-Ku dalam suatu majelis maka Aku mengingat dia di dalam majelis yang lebih baik dari mereka (yaitu dalam majelis para malaikat yang ma’shum dan tanpa dosa). Jika dia mendekati-Ku sejengkal maka Aku mendekatinya sehasta, jika dia mendekati-Ku dengan berjalan maka Aku mendekatinya dengan berlari.’” (HR. Bukhari dan Muslim)
Perasaan jadi kayak kultwitnya Ustadz Felix Siauw… hehehe… Tetep semangat, Ibu2… (www.baiti.my.id)